Kisah Pohon Cemara
dan Burung Pelatuk
Suatu
hari disuatu tempat terdapat sebuah pohon Cemara yang sangat besar dan kokoh,
pohon itu memiliki daun yang sangat lebat. Terlihat dari kejauhan pohon itu
sangat indah dan sejuk.
Suatu
pagi datanglah seekor burung kutilang
“wahai
pohon daun mu begitu lebat sehingga terasa sejuk sekali bertengger di pohon ini
bolehkah aku bertengger sejenak sambil bernyanyi-nyanyi” kata sang kutilang
“tentu boleh, kau juga memiliki suara yang indah.” balas pohon.
“tentu boleh, kau juga memiliki suara yang indah.” balas pohon.
Beberapa
saat kemudian datanglah seekor burung camar yang sangat cantik bulunya.
“waw kau pohon yang sangat rindang bolehkah aku bertelur disini dan menitipkan telur-telurku?” pinta sang burung camar.
“tentu boleh, dengan senang hati aku akan mempersilahkanmu bertelur di sini.”
“waw kau pohon yang sangat rindang bolehkah aku bertelur disini dan menitipkan telur-telurku?” pinta sang burung camar.
“tentu boleh, dengan senang hati aku akan mempersilahkanmu bertelur di sini.”
Kemudian
beberapa hari selanjutnya burung camar dan kutilang selalu menghampiri pohon
itu setiap harinya. Beberapa hari kemudian datanglah seekor burung pelatuk,
burung pelatuk itu mematuki tubuh pohon itu. Karena merasa kesakitan pohon pun
berkata.
“apa yang kau lakukan padaku?”
“aku mematuki ulat yang ada pada dirimu, dia akan merusak dirimu” jelas si pelatuk
“aku tidak mau kau patuki aku seperti itu, lebih baik kau pergi!” usir pohon
“apa yang kau lakukan padaku?”
“aku mematuki ulat yang ada pada dirimu, dia akan merusak dirimu” jelas si pelatuk
“aku tidak mau kau patuki aku seperti itu, lebih baik kau pergi!” usir pohon
Beberapa
minggu kemudian ulat dipohon itu semaikn banyak dan menyebabkan daunnya semakin
rontok bahkan pohon itu hampir gundul hanya tersisa hanya beberapa helai daun
saja. Sejak kejadian itu burung Camar dan burung Kutilang tak pernah datang
lagi. Pohon itu menangis, lalu burung pelatuk manghampirinya.
“kenapa kau menangis?”
“Daun ku telah gugur dan tak ada lagi yang mau bertengger di sini.”
“bolehkah aku mematuki seluruh ulat yang ada pada tubuhmu agar daun-daun mu bisa kembali tumbuh.
“tentu boleh jika kamu mau”
Burung pelatuk pun mematuki ulat-ulat yang ada dipohon sampai habis, dan pohon menangis menahan rasa sakit juga terharu burung pelatuk itu ternyata bermaksud baik selama ini.
“kenapa kau menangis?”
“Daun ku telah gugur dan tak ada lagi yang mau bertengger di sini.”
“bolehkah aku mematuki seluruh ulat yang ada pada tubuhmu agar daun-daun mu bisa kembali tumbuh.
“tentu boleh jika kamu mau”
Burung pelatuk pun mematuki ulat-ulat yang ada dipohon sampai habis, dan pohon menangis menahan rasa sakit juga terharu burung pelatuk itu ternyata bermaksud baik selama ini.
Akhirnya
setelah beberapa lama, perlahan mulai tumbuh lagi daun-daunnya hingga menjadi
seperti semula lebat dan rindang.
Pelajaran
yang bisa diambil dari cerita diatas adalah Tidak semua yang memuji kamu, akan bersama dan berdiri disamping kamu
untuk membantu kamu disaat susah malah terkadang yang menunjukan kekuranganmu
lah yang akan senantiasa membantu menutupi kekuranganmu.
0 komentar:
Posting Komentar