Janji
bintang jatuh
Termenung
aku saat membereskan buku-buku lamaku, tak sengaja ku melihat sebuah album buku
tahunan SMA yang menyimpan segala kenangan tentang suka-duka masa SMA. Perlahan
kubuka lembar per lembar sampai ku terhenti di lembar yang menjelaskan tentang
kelasku. Disana banyak terdapat foto-foto saat perpisahan kelas itu terjadi.
Angan ku pun langsung melayang saat hari pertama masuk sekolah SMA ku tersebut
rasanya baru saja menginjakkan kaki disana dan menjadi seorang siswa baru. Kuteringat
pada sesosok teman pria ku, Ryan teman sekaligus sahabat terbaik ku. Sahabat
yang selalu ada disaat aku butuhkan, sahabat yang selalu menghibur ku dikala
sedih. Sahabat yang menghapus air mataku disaat menangis. Persahabatan kami
terjalin sangat akrab, hingga aku merasakan sesuatu yang beda, sesuatu yang
lebih dari seorang sahabat, sesuatu yang aku yakini sebagai cinta. Perasaan itu
pada awalnya aku abaikan, tapi karena aku selalu bersamanya, tanpa kukehendaki
perasaan itu pun semakin menjadi-jadi. Perasaan itu perlahan menyiksaku, “ aku
tidak mau jatuh cinta pada sahabatku sendiri “ batinku.
Pernah
pada suatu malam aku dan ryan duduk bersama di sebuah taman dekat rumah kami
saat awal persahabatan kami dimulai.
“ter makasih ya udah mau jadi sahabat gue” kata ryan padaku.
“iya yan, kita bakal jadi sahabat selamanya” tak sadar ku berucap begitu.
“ter makasih ya udah mau jadi sahabat gue” kata ryan padaku.
“iya yan, kita bakal jadi sahabat selamanya” tak sadar ku berucap begitu.
Kami
berdua memandang ke langit malam yang dihiasi bintang-bintang. Saat kami
terpaku memandang langit, tak lama tampak sebuah cahaya
“ter, liat itu bintang jatuh !” seru ryan sambil menyenggolku.
“hah? Iya itu bintang jatuh, kita make a wish yuk!” langsung memejamkan mata
“ehh tunggu dulu, mau make a wish apa nih?”
“rahasia dong” sambil menjulurkan lidah
“yah, jangan gitu dong. Kita kan liat bintang nya bareng-bareng jadi harus make a wish tentang kita berdua”
“hmm, harus yaa? Yaudah kita buat permohonan kalo kita akan jadi sahabat selamanya”
“oke, be together forever” sambil mengulurkan kelingkingnya tanda ikatan janji dan ku pun meraihnya kelingkingnya sambil mengucap permohonan dalam hati.
“ter, liat itu bintang jatuh !” seru ryan sambil menyenggolku.
“hah? Iya itu bintang jatuh, kita make a wish yuk!” langsung memejamkan mata
“ehh tunggu dulu, mau make a wish apa nih?”
“rahasia dong” sambil menjulurkan lidah
“yah, jangan gitu dong. Kita kan liat bintang nya bareng-bareng jadi harus make a wish tentang kita berdua”
“hmm, harus yaa? Yaudah kita buat permohonan kalo kita akan jadi sahabat selamanya”
“oke, be together forever” sambil mengulurkan kelingkingnya tanda ikatan janji dan ku pun meraihnya kelingkingnya sambil mengucap permohonan dalam hati.
Dari
situlah perjanjian kita dimulai, bahwa aku dan ryan akan menjadi sahabat
selamanya, itulah yang membuat aku tersiksa atas perasaan cinta ini. Karena aku
pun tak tahu apakah ryan juga memiliki perasaan yang sama terhadap apa yang aku
rasakan. Aku takut perasaanku ini menjadi boomerang dalam persahabatan ini.
Maka pada saat kelas XII aku lebih memilih menjauh dari ryan. Karena aku lebih
memilih mengurangi rasa cinta ku ini perlahan dibanding kalau aku harus teruss
bersama ryan perasaan itu akan semakin kuat. Ryan pun menyadari perubahan
sikapku yang membuatnya bingung.
pada suatu siang, ketika pulang sekolah.
“ter balik bareng yuk, trus temenin gue nyari dvd”
“yahh gue ga bisa yan, banyak tugas.”
“bentar doing kali ter, biasanya juga ngerjain tugasnya malem lu!”
“ya, jangan disamain itu kan biasanya. Kalo ini tugasnya luar biasa haha”
“ayolah tereku, sahabatku yang baik hati, tidak sombong dan suka menabung”sambil menarik tanganku.
“yaudah ayoo, tapi jangan lama-lama ya langsung pulang”
pada suatu siang, ketika pulang sekolah.
“ter balik bareng yuk, trus temenin gue nyari dvd”
“yahh gue ga bisa yan, banyak tugas.”
“bentar doing kali ter, biasanya juga ngerjain tugasnya malem lu!”
“ya, jangan disamain itu kan biasanya. Kalo ini tugasnya luar biasa haha”
“ayolah tereku, sahabatku yang baik hati, tidak sombong dan suka menabung”sambil menarik tanganku.
“yaudah ayoo, tapi jangan lama-lama ya langsung pulang”
Sepulang
dari membeli dvd, ryan mengajakku untuk menonton dvd dahulu. Tapi aku
menolaknya. Dengan alasan yang sama yaitu ingin mengerjakan tugas sekolah.
“ter temenin gue nonton dulu lah” pinta ryan
“ga ah yan, tadi udah gue temenin beli trus janjinya kan langsung pulang”
“yah ga asik lu sekarang, masa langsung pulang sih”
“gini ya yan, kita tuh udah kelas tiga, kita harus fokus buat ujian kita nanti, dan sepertinya gue bakal jarang main lagi sama lu, jadi mohon pengertian lu aja yaa.”jelasku
“iya gue juga tau ter, tapi ga harus kan kita ngurangin intensitas main kita. Mana janji lu mau jadi sahabat gue selamanya?”
aku hanya bisa tertunduk lesu, dan memilih pulang. Batinku berkata “ini bukan mau gue, gue ga mau menyiksa diri gue terlalu dalam lagi, kalau masih deket-deket sama lu.
“ter temenin gue nonton dulu lah” pinta ryan
“ga ah yan, tadi udah gue temenin beli trus janjinya kan langsung pulang”
“yah ga asik lu sekarang, masa langsung pulang sih”
“gini ya yan, kita tuh udah kelas tiga, kita harus fokus buat ujian kita nanti, dan sepertinya gue bakal jarang main lagi sama lu, jadi mohon pengertian lu aja yaa.”jelasku
“iya gue juga tau ter, tapi ga harus kan kita ngurangin intensitas main kita. Mana janji lu mau jadi sahabat gue selamanya?”
aku hanya bisa tertunduk lesu, dan memilih pulang. Batinku berkata “ini bukan mau gue, gue ga mau menyiksa diri gue terlalu dalam lagi, kalau masih deket-deket sama lu.
Setelah kejadian itu
aku pun semakin jauh dengan ryan, sering ryan mengajakku pulang bersama bermain
bersama seperti yang kita sering lakukan bersama tapi aku menolaknya. Berbagai
cara aku lakukan untuk menjauh dari ryan. Tapi perasaan itu tak semakin
berkurang, malah terkadang ada rindu yang terselip di lamunanku. Seberusaha
mungkin aku untuk menghilangkan perasaan ini. Semakin kuat pula perasaan ku
itu.
Beberapa bulan menjelang
ujian, aku ingin fokus terhadap ujian ku, tapi perasaan itu menggangguku karena
aku merindukannya, selalu memikirkannya. Sulit mengenyahkan dia dipikiranku.
Akhirnya kuputuskan untuk memberitahu tentang perasaan ini padanya agar aku
tenang, aku tak perduli dengan tanggapannya, yang terpenting bagiku, aku sudah
menyampaikannya. Bagaimana kelanjutan persahabatan kita itu tak terlalu
pikirkan, yang aku pikirkan hanya membuat perasaan lega dan bisa melanjutkan
untuk fokus terhadap ujianku.
Nyali ku belum terlalu
besar untuk mengatakan langsung padanya. Maka kuputuskan untuk membuat surat
cinta. Surat dimana kucurahkan semua keluh-kesahku, perasaanku selama ini, dan
sebab ku menjauhinya.
Aku
tak bermaksud untuk menjauhimu, ini semua bukan mauku. Tapi ada sesuatu hal
yang membuat ku berlaku seperti itu. Andai kan kau tahu itu.
Kebersamaan
kita yang kita sebut sebagai persahabatan itu belakangan ini telah salah
kuartikan, aku sebenarnya takut untuk mengartikan ini semua, tapi inilah yang
aku rasakan. Aku merasakan sesuatu hal yang kuanggap lebih dari seorang
sahabat. Sesuatu yang kuanggap sebagai cinta. Tak ada niatku untuk mengingkari
janji kita, tapi apa dayaku untuk melawan perasaan ku ini. Aku telah berusaha
semampuku untuk menghilangkan perasaan ini, namun yang ada perasaan ini semakin
kuat kurasakan.
Aku
tak berharap banyak terhadap tanggapanmu atas suratku ini. Aku hanya ingin kau
tahu apa yang aku rasakan selama ini. Bahwa aku mencintai sosok sahabatku yaitu
kamu. Hanya itu selebihnya itu hak mu untuk menanggapinya.
Dear
: sahabat yang kuartikan lebih
From
: just your friend
Itulah sepucuk surat
yang kutitipkan temanku untuk diberikan kepada ryan. Memang sederhana tapi
memiliki arti yang dalam.
Beberapa hari setelah
kukirim surat itu. Aku mendapati Ryan sedang berada di depan rumahku, aku pun
langsung menghampirinya. Dia memintaku untuk naik ke motornya.
“mau kemana kita?” tanyaku pada ryan
“mau gue culik lu!”
“ihh mau ngapain sih? Lu dendam sama gue karena gue jauhin lu?”celotehku
“bawel lu, udah diem aja bentar lgi juga nyampe.”
beberapa menit kemudian
“turun lu!”
“kok ke taman, sebenernya kita mau ngapain sih?”tanyaku bingung
“mau kemana kita?” tanyaku pada ryan
“mau gue culik lu!”
“ihh mau ngapain sih? Lu dendam sama gue karena gue jauhin lu?”celotehku
“bawel lu, udah diem aja bentar lgi juga nyampe.”
beberapa menit kemudian
“turun lu!”
“kok ke taman, sebenernya kita mau ngapain sih?”tanyaku bingung
Ryan menarik tanganku
menuju pinggir kolam, disitu kami duduk.
“hey, apa kabar?”ryan membuka pembicaraan
“baik kok, lu sendiri apa kabar tiba-tiba dateng dan ngajak gue kesini?”
“hmm, surat dari lu yang menuntun gue ngajak lu kesini.”
“hah? Lu udah baca suratnya?”mukaku memerah malu, takut, semuanya jadi satu.
“gue minta maaf kalau lu ga suka sama isi surat itu, gue cuma mau ngungkapin apa yang gue rasain aja”sambungku sambil menundukkan kepala.
Ryan mengangkat daguku, dan menatap mataku sangat dalam, hinggaku terhanyut dalam tatapannya. Perlahan dia bisikkan “I Love You” ketelingaku. “Kamu ga salah punya perasaan itu, dan aku juga ngerasain hal yang sama, yang kamu rasain selama ini, cuma aku terlalu takut sebagai laki-laki untuk mengungkapkannya karena janji yang kita waktu itu ditempat ini juga. Aku mau kita hapus janji kita itu sama-sama di tempat yang sama pula”
Mendengar itu semua entah berapa persen detak jantungku berpacu lebih cepat dari biasanya. Perasaan bahagia memenuhi relung hatiku.
bintang malam itu pun menambah keindahan malam itu, terlebih ada bintang jatuh yang jatuh tepat pada hatiku, Ryan si bintang hatiku Disana kita membuat janji baru untuk saling menyayangi satu sama lain.
“hey, apa kabar?”ryan membuka pembicaraan
“baik kok, lu sendiri apa kabar tiba-tiba dateng dan ngajak gue kesini?”
“hmm, surat dari lu yang menuntun gue ngajak lu kesini.”
“hah? Lu udah baca suratnya?”mukaku memerah malu, takut, semuanya jadi satu.
“gue minta maaf kalau lu ga suka sama isi surat itu, gue cuma mau ngungkapin apa yang gue rasain aja”sambungku sambil menundukkan kepala.
Ryan mengangkat daguku, dan menatap mataku sangat dalam, hinggaku terhanyut dalam tatapannya. Perlahan dia bisikkan “I Love You” ketelingaku. “Kamu ga salah punya perasaan itu, dan aku juga ngerasain hal yang sama, yang kamu rasain selama ini, cuma aku terlalu takut sebagai laki-laki untuk mengungkapkannya karena janji yang kita waktu itu ditempat ini juga. Aku mau kita hapus janji kita itu sama-sama di tempat yang sama pula”
Mendengar itu semua entah berapa persen detak jantungku berpacu lebih cepat dari biasanya. Perasaan bahagia memenuhi relung hatiku.
bintang malam itu pun menambah keindahan malam itu, terlebih ada bintang jatuh yang jatuh tepat pada hatiku, Ryan si bintang hatiku Disana kita membuat janji baru untuk saling menyayangi satu sama lain.
Hubungan kita berlanjut sampai saat ku menutup buku
tahunan yang berdebu dan menyimpan banyak kenangan itu.
by : Distiana Putri
by : Distiana Putri
0 komentar:
Posting Komentar