Pertemuan Singkat
Pertemuan
awal kita memang hanyalah sebuah pertemuan biasa yang sederhana, dimana aku tak
sengaja bertemu kamu yang juga teman dari temanku. Hari yang biasa kujalani
memang seperti itu bermain bersama teman-teman. Aku hanya melihatmu sekilas
sebagai orang asing yang baru kulihat.bermain bersama, tertawa, dan bersenda
gurau bersama kami. Hal yang sangat sederhana. Tapi aku tak perduli cara yang
sederhana itu, karena aku merasakan hal yang tidak sederhana saat kamu
mengantarku pulang. Banyak kelakuanmu yang aneh yang kutafsirkan sebagai salah
tingkah. Entah hanya perasaan ku saja, atau memang begitu adanya. Entahlahh.. Beberapa
hari setelah itu kudengar kabar kalau kamu pulang kerumahmu, sedikit kecewa
karena tak bisa bertemu denganmu kembali. Beberapa minggu setelah kepulanganmu,
aku terkejut dengan sebuah pesan singkat yang berasal darimu. Seperti mendapat
durian runtuh rasanya.
Kedekatan
kita berawal dari situ, kamu selalu mencerahkan hariku, menghiasi senyumku, dan
terkadang membuatku tersenyum sendiri saat membaca pesan singkatmu. Kau memberikan
warna baru dalam hidupku yang saat itu sedang hampa. Tak tahu mengapa hari-hariku terasa bahagia,
walau hanya kau isi dengan pesan-pesan singkatmu dan suara mu itu, semakin
penasaran dengan akhir cerita ini aku dan kamu pun merencanakan pertemuan
kembali. Memang sulit sekali menghadirkan pertemuan antara kita, walau akhirnya
ada suatu hari dimana kita dapat kembali bertemu. Selama beberapa hari kita
habiskan waktu bersama-sama. Hari itu juga kita gunakan untuk mengungkapkan
perasaan masing-masing dan dihari itu pula aku dan kamu telah menjadi kita,
sebut sajalah berpacaran. Disampingmu merupakan hal ternyaman yang kurasakan
hari itu. Sampai akhirnya hari itu berakhir dan kita kembali kerumah
masing-masing. Hari-hariku selanjutnya kembali diisi dengan pesan singkat dan
suara mu melalui telepon karena hubungan kita yang bermasalah dengan jarak.
Beberapa
bulan kedepan semuanya masih terasa indah, hingga sampai lah kita pada titik
kejenuhan karena sudah lama tak bertemu ditambah dengan kesibukanmu sekarang,
sehingga aku terabaikan, dengan sekuat hati mencoba mengerti dan bertahan
karena aku ingin hubungan kita baik-baik saja. Semakin hari semakin terlihat
kalau hanya aku yang memperjuangkan hubungan kita sendiri. Lelah sekali rasanya
hati dan aku memutuskan untuk meminta kejelasan padamu. Tahukah apa yang kamu katakan?
Kamu menyerah. Sebegitu lemahkah dirimu? Aku tak habis pikir kamu menyerah karena
keadaan, waktu dan jarak, tidaklah kamu melihat diluar sana banyak yang
bertahan dan berhasil dengan situasi seperti ini. Mungkin pikiranmu yang terlalu
pendek, atau aku yang terlalu tak ingin hubungan ini hancur.
Tapi
tenang kamu tak perlu merasa bersalah atau apapun, karena aku menyadari dimana
ada pertemuan disitu juga ada perpisahan. Walau pertemuan kita terjalin singkat
tapi setidaknya itu telah membuat ku bahagia. Dan aku pun sadar tak ada kisah
cinta yang bisa terhindar dari airmata dan luka dihati.